GARIS BESAR DOKTRIN ASWAJA - Karya Menulis
pict by @abdulfazanzi
Islam, iman dan ihsan adalah trilogi agama (addîn) yang membentuk tiga dimensi keagamaan meliputi syarî'ah sebagai realitas hukum, tharîqah sebagai jembatan menuju haqîqah yang merupakan puncak kebenaran esensial. Ketiganya adalah sisi tak terpisahkan dari keutuhan risalah yang dibawa Rasulullah saw. yang menghadirkan kesatuan aspek eksoterisme (lahir) dan esoterisme (batin). Tiga dimensi agama ini (islam, iman dan ihsan), masing-masing saling melengkapi satu sama lain. Keislaman seseorang tidak akan sempurna tanpa mengintegrasikan keimanan dan keihsanan. Ketiganya harus berjalan seimbang dalam perilaku dan penghayatan keagamaan umat.
Dalam perkembangan selanjutnya, kecenderungan ulama dalam menekuni dimensi keislaman, melahirkan disiplin ilmu yang disebut fikih. Kecenderungan ulama dalam menekuni dimensi keimanan, melahirkan disiplin ilmu tauhid. Dan kecenderungan ulama dalam dimensi keihsanan, melahirkan disiplin ilmu tasawuf atau akhlak. Paham Aswaja mengakomodir secara integral tiga dimensi keagamaan tersebut sebagai doktrin dan ajaran esensialnya.
Karena praktek eksoterisme keagamaan tanpa disertai esoterisme, merupakan kemunafikan. Begitu juga esoterisme tanpa didukung eksoterisme adalah klenik. Semata-mata formalitas adalah tiada guna, demikian juga spiritualitas belaka adalah sia-sia.Imam Malik mengatakan, “Barang siapa menjalani tasawuf tanpa fikih, maka dia telah zindiq, barang siapa memegang fikih tanpa tasawuf, maka dia telah fasiq, dan barang siapa menyatukan keduanya, maka dia telah menemukan kebenaran”.Garis besarnya antara lain:
1.Doktrin Keimanan
Keimanan adalah pembenaran (tashdîq) terhadap Allah, Rasul
dan segala risalah yang dibawanya dari Allah. Dalam doktrin keimanan, yang
selanjutnya termanifestasi ke dalam bidang tauhid (teologi/kalam) ini, ASWAJA
berpedoman pada akidah islamiyah (ushûluddîn) yang dirumuskan oleh Abu Alhasan
Al'asy'ari (260 H./874 M. – 324 H./936 M.) dan Abu Manshur Almaturidi (w. 333
H.).
2.Doktrin Keislaman
Doktrin keislaman, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam bidang fiqh yang meliputi hukum-hukum legal-formal (ubudiyah, mu'amalah, munakahah, jinayah, siyasah dan lain-lain), ASWAJA berpedoman pada salah satu dari empat madzhab fiqh: Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah.Ada alasan mendasar mengenai Aswaja hanya empat madzhab ini.
Di samping otentisitas
madzhab yang terpercaya melalui konsep-konsep madzhab yang terkodifikasi secara
rapi dan sistematis, metodologi pola pikir dari empat madzhab ini relatif
tawâzun (berimbang) dalam mensinergikan antara dalil aql (rasio-logis) dan
dalil naql (teks-teks keagamaan) .Empat madzhab ini yang dinilai paling moderat
dibanding madzhab Dawud Adhdhahiri yang cenderung tekstualis dan Madzhab
Mu'tazilah yang cenderung rasionalis.Jalan tengah ( tawâsuth ) yang dicapai
Aswaja di antara dua kutub ekstrim, yaitu antara rasioalis dengan tekstualis
ini, karena jalan tengah atau moderat diyakini sebagai jalan paling selamat di
antara yang selamat, jalan terbaik diantara yang baik, sebagaimana yang
ditegaskan Nabi saw. dalam sabdanya: Sebaik-baiknya perkara adalah
tengahnya.Dengan prinsip inilah Aswaja mengakui bahwa empat madzhab yang
memadukan dalil Al Quran, Hadits, Ijma' dan Qiyas (analogi), diakuinya
mengandung kemungkinan lebih besar berada di jalur kebenaran dan keselamatan.
Hal ini juga dapat berarti bahwa kebenaran yang diikuti dan diyakini oleh
Aswaja hanya bersifat kemungkinan dan bukan kemutlakan.
3.Doktrin Keihsanan (Tasawuf)
Tasawuf adalah sebuah manhaj spiritual yang bisa dilewati bukan melalui teori-teori ilmiah semata melainkan dengan mengintegrasikan antara ilmu dan amal, dengan jalan melepaskan (takhallî) baju kenistaan (akhlaq madzmûmah) dan mengenakan (tahallî) jubah keagungan (akhlaq mahmûdah), sehingga Allah hadir (tajallî) dalam setiap gerak-gerik dan perilakunya.Doktrin keihsanan, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam bidang tasawuf atau akhlaq ini, ASWAJA berpedoman pada konsep tasawuf akhlaqi atau amali, yang dirumuskan oleh Imam Aljunaid Albaghdadi dan Alghazali.
Limitasi (pembatasan) hanya kepada
kedua tokoh ini, tidak berarti manafikan tokoh-tokoh tasawuf falsafi dari
kelompok ASWAJA, seperti Ibn Al'arabi, Alhallaj dan tokoh-tokoh sufi
'kontroversial' lainnya.Doktrin keihsanan, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam
bidang tasawuf atau akhlak ini, Aswaja berpedoman pada konsep tasawuf akhlaqi
atau amali , yang dirumuskan oleh Imam al Junaid al Baghdadi dan al Ghazali.
Pembatasan hanya kepada kedua tokoh ini, tidak berarti manafikan tokoh-tokoh
tasawuf falsafi dari kelompok Aswaja, seperti Ibn al Arabi, al Hallaj dan
tokoh-tokoh sufi 'kontroversial' lainnya.
terimaasih, semog bermanfaat,,,,
Posting Komentar untuk "GARIS BESAR DOKTRIN ASWAJA - Karya Menulis"