Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
HIDUP SEDERHANA PEMIKIRAN JANGAN SEDERHANA

CERPEN SANTRI SANTUY | CERITA 1

*Santri Santuy*

*Sarung Keramat plus Kaidah Penyelamat*




Cerita di Asrama Ngaji Kyai Syukriya. (untuk tidak mengatakan "Pondok")


Entah mengapa, tidak jarang Santri semasa ngaji itu kadang bebuat yang neko-neko. Kebanyakan alasannya ingin membuat "cerita" (lakon) untuk dikenang besok kalau sudah boyong (pulang) ke rumah masing-masing, apalagi bila nanti bertemu teman lamanya dulu di Asrama. Bernostalgia mengenang cerita lama.


Begitulah yang dipraktekkan beberapa teman Dul Qiyem di Asrama.


Contohnya... Saat musim buah mangga. Mereka memaksakan diri secara sembunyi mengabil ( ~mencuri~) buah mangga Kyai Syukriya.


Suatu hal yang tercela...


Alasan klasik yang mereka katakan biasanya: "Kalau ilmu Kyai saja ikhlash diberikan, masa cuma buah mangga tidak diikhlashkan..imposible-lah .


Namun...Asrama telah membuat aturan ketat, bagi mereka yang kedapatan mengambil miilik "Keluarga Ndalem" ..akan dikenakan sangsi/ "TA'ZIR' agar memberi efek jera. Mulai membersihkan kamar WC sampai mencari pasir dan lain-lain.



Tidak demikian halnya Dul Qiyem. Dia memilih jadi Santri Slow... Datar dan Standar... Gak mau ikutan neko-neko.


Sering digoda dan dikatain sama teman-temannya.


"Gak usah sok polos lah kamu Dul, entar gak punya "Cerita Masa Lalu" loh kamu', demikian kata mereka.


"Itu mah Cerita Masa Lalu Yang Kelabu wahai Sobat", jawab Dul Qiyem kalem.


Hampir setiap hari mereka menggoda Dul Qiyem. Sampai-sampai membuatnya gerah juga.


Rupanya Dul Qiyem akan membuat "Versi" yang lain .. 

 

Beberapa waktu dia termenung merancang trik cerdik-nya.


"Kalau maksa juga.. boleh cobalah, agar kalian tahu versi saya" kata Dul Qiyem dalam hati.


Malam itu malam Isnen. ( Tentu bukan malam yang ditunggu-tunggu).


Ketika banyak Santri pada tidur istirahat. Dul Qoyem justru fokus "nglalar" hapalan Syair Nazhom (entah al-Fiyah ibnu Malik atau apa...kurang pasti). 


Kira-kira jam 2 malam khatam hapalannya. Sehabis itu dia keluar ke kebun Kyai Syukriya.

Aksinya dimainkan...


 Dilepaslah Sarung yang dipakainya.. eitzz.. bukan berarti telanjang...masih pakai sirwal (celana pendek).


Dilemparlah Sarung itu tepat menutupi buah mangga di atas pohon yang tidak seberapa tinggi. 


Bukan tanggung-tanggung... Mungkin lebih dari 20 buah mangga yang tertutup sarung si Dul Qiyem.


"Siiipp dach pokoknya" demikian kata Dul Qiyem sambil ketawa lirih dan ngacungin jempol..berharap rencananya bakal suscess full.


Kembali dia ke emperan kelas yang biasa dilewati Kyai Syukriya, yang malam itu agak gelap.


Sisa malamnya dihabiskan dengan duduk bersila disitu sambil mulut komat-kamit, (moga-moga saja dzikir yang dia baca, bukan mantra )..


Hingga tibalah terdengar lantang ..


"Allohu Akbar...Allohu Akbar....(dst...)".. 


Gema suara Adzan seorang teman di Masjid. 


Saatnya Dul Qiyem siap-siap... (Siap-siap apa nich Dul ???) 


Begitu Adzan usai...


Kyai Syukriya menuju Masjid untuk mengimami...


"Assalamualakum Romo Kyai.." sapa Dul Qiyem.


"Wa'alaikumussalam warohmatulloh.." jawab Kyai Syukriya.


"Ada apa Nak Dul...kok kamu belum pakai sarung, cepat pakai Sarungnya...kita jama'ah Subuh", tanya Kyai Syukriya agak heran.


"Emm.. mohon maaf Romo Kyai.. Sarung saya nyangkut di atas pohon mangga. Di kebun Romo Kyai", jawab Dul Qiyem dengan berdebar-debar kalau-kalau Kyai Syukriya marah.


"Cepat ambil sana !!..memangnya ada apa Sarung kok nyangkut di pohon mangga. Jangan ikut-ikutan kelakuan teman-teman-mu loh kamu.." kata Kyai Syukriya.


"Tapi Romo... Saya tidak berani. Nanti kalau saya ambil takutnya buahnya pasti ikutan rontok. Saya mohon Romo saja yang mengambilkan..mohon maaf Romo.." pinta Dul Qiyem menghiba.


'Ya sudah....ambilkan penggalah sana !" Suruh Kyai Syukriya.

"Yesss ..rencana pasti berhasil". Kata Dul Qiyem dalam hati.


Dengan semangat Empat Puluh Lima dia mengambil penggalah bambu.


Makk ..grobyakk....


Terjadilah apa yang terjadi...

Sekian banyak buah mangga rontok tak terkendali.


"Ambil sarungmu..cepat ke masjid. Mangganya dikumpulkan nanti saja" kata Kyai Syukriya.


"Terima kasih...Sendiko dawuh Romo" jawab Dul Qiyem kegirangan.



Hari pun mulai terang. Setelah rutinan Ngaji bakda Subuh. Kyai Syukriya kembali ke ndalem (rumah).


"Oh iya... Nak Komar...tolong kumpulkan mangga di kebun, tadi banyak yang jatuh" Kyai Syukriya bertitah pada salah satu Santri-nya. 


Karena terdengar semua Santri yang ikutan Ngaji pagi itu... Gemparlah suasana seketika...


"Pasti ada yang kurang beres ini" kata mereka sambil saling tolah-toleh curiga pada temannya.


"Maaf Romo Kyai ..kok banyak yang jatuh, pasti ada yang berulah...biar nanti ditindak saja", tanya kang Komar.


"Gak tau tuch...Dul Qiyem tadi Sarungnya nyangkut diatas" jawab Kyai Syukriya santai.


"Baiklah Romo..segera saya kumpulkan mangganya" ,kata kang Komar.


Sementara para Santri Teriak-teriak...


"Sidanggg....Hukum harus ditegakkannnn..." Mereka bersautan.



",Ealaa Dul...Dull... Kamu ini gimana....hla iya gitu...orang kalo terlalu 'SLOW'...sekali berulah biasanya malah parah...kasien dech loe... Gak bakal selamat kamu dari sangsi berat", ejek kang Paimin yang pernah kena sangsi gegara ulahnya kemarin-kemarin.


Tapi Dul Qiyem nampak cuek, tenang (memang sudah karakternya yang datar dan Slow). Tak sedikitpun nampak rasa kuwatir. Seolah tak ada apa-apa. 


Hari berganti hari ..hingga tibalah hari Jum'at.


Biasanya.. Sidang di Asrama diadakan setelah Sholat Jum'at.


 Demikianlah ..


Seusai rangkaian ritual Sholat Jum'at. Sidang pun digelar di serambi Masjid.


Para Santri duduk berjajar. Siap menyaksikan jalannya majlis sidang dengan terdakwa si Dul Qiyem.


Ini bukan Pengadilan Umum..tidak ada Advokat..Kuasa Hukum... Bahkan Saksi kadang tidak perlu..karena di Asrama sudah diajari jujur. 


Yang ada hanya "Jaksa Penuntut Tidak Umum" dan Hakim. Yang tidak lain adalah para senior di Asrama atau para Ustadz.


 Terdakwa harus bisa membela diri sesuai kemampuannya. Kalau untung bebas. Kalau apes ya nasib.


Karena kasusnya sudah biasa dan itu-itu saja, maka sidang berjalan dengan sangat kilat. To The Point...



Penuntut: "Saudara Dul Qiyem. Kamu telah melakukan pelanggaran dan merugikan orang lain, maka harus dikenai Sangsi/TA'ZIR." Tidak perlu tanya Pasal-pasalnya ..sudah jelas.


Dul Qiyem: 'Mohon maaf Pak Ustadz, dimana letak kesalahan saya. ?" , tanya Dul Qiyem berlagak Suci (tidak salah)


Penuntut: "Kamu kan yang jadi Penyebab (dalang) dirontokkannya mangga Romo Kyai. Masih mau menyanggah ??"


Dul Qiyem: "Mohon maaf Ustadz, Harusnya saya jadi Saksi, bukan Terdakwa. Karena saya menyaksikan Romo Kyai sendiri yang merontokkan mangga...bukan saya " 


*Gerrrr....*Para Santri ketawa geli-lucu cekikikan mendengar jawaban Dul Qiyem.


Penuntut: "Tapi, seandainya kamu tidak menaruh Sarung kamu di atas buah mangga itu, tentu Beliau tidak akan sampai merontokkan mangga itu kan ??"


Dul Qiyem: "Mohon izin Ustadz..'


Dul Qiyem mulai melancarkan ke-licik-an-nya (untuk enggan berkata ke-cerdas-an-nya)...


"Seingat saya begini Ustadz, dalam Kaidah Fiqih disebutkan:


*إذا اجتمع السبب ٱو الغرور والمباشرة قدمت المباشرة عليهما*


"Jika berkumpul antara Penyebab atau Penipuan dan Pelaksanaan/eksekusi, maka yang dikedepankan adalah Pelaksanaan"


Saya akui...Saya jadi Penyebab...tapi Beliaulah yang jadi Eksekutor-nya. 


Dimana salahnya..?? .Beliau yang punya pohon mangga, Beliau juga yang merontokkannya.. kok saya yang disalahkan.. 


*Haaaahhh... * Para Santri geleng-geleng kepala keheranan mendenggar celotehan Dul Qiyem (sekaligus agaknya menjadi penyegaran pikiran mereka). Kiranya diingatkan pada pelajaran yang mungkin sempat dilupakan.


Namun ...Rupanya Mereka tidak terima jika Dul Qiyem tidak dikenai sangsi. Mereka pikir kalau mereka yang mengambil satu-dua mangga saja tidak luput dari sangsi, Dul Qiyem yang jadi "Biang" rontoknya banyak buah kok bebas ...gak terima pokoknya..


"Hukummm...Kasih Sangsiiii...Ta'ziiirrrr". Seru mereka bersautan.

 

Dul Qiyem menoleh kepada para Santri dan berkata;


"Kita belajar Hukum di Asrama ini sobat. Jika Hukum yang kita pelajari tidak dipraktekkan di luar sana...maka kita harus praktekkan di kalangan sendiri ..bukan begituuuu ??" Lagak Dul Qiyem menceramahi.

Sementara itu... Dewan Penuntut dan Hakim agaknya manggut-manggut dan sejenak merenungi apa yang dikatakan Dul Qiyem.


*Kabar baiknya....*


Ternyata waktu itu Kyai Syukriya sedang duduk santai sambil momong cucu beliau, di emperan Kantor Asrama yang ada di samping Masjid.


Rupanya beliau mendengar jalannya persidangan Dul Qiyem.


Beliau masuk serambi Masjid dan menyela:


"Sudah...sudah...tidak usah diperpanjang. Setidaknya Dul Qiyem sudah memberi Pembelaan yang lumayan bagus... 


Sekarang ambil mangganya yang rontok kemarin, sudah matang tuch... Dibagi...kalau kurang ambil di pohon !!!" kata Kyai Syukriya.


Sidang pun buyar...


*Biyuh...biyuh...* Hemmm .Benar benar Sarung mu Keramat Dul.." 

 Kami bisa dapat makan mangga dengan nyaman...berkah...berkah... Maksih Dul..." ,sorak Para santri kegirangan.


Selamat menikmati buah mangga jika punya😂


Mantappp ...


📝 *Catatan:*

Mohon maaf bila contoh penerapan Kaidah kurang tepat, dan ternyata sebaliknya masuk pengecualian.

 

abdulfazanazi, 17-12-22

Abdul Fazanazi
Abdul Fazanazi Seorang santri dan mahasiswa yang ingin selalu berkarya melalui tulisan dan atau melalui apapun itu, bisa menemui saya di IG, FB, YouTube, dengan nama @abdulfazanazi

Posting Komentar untuk "CERPEN SANTRI SANTUY | CERITA 1"